Semua naskah di blog ini telah diproteksi dari tindak salin-langsung (copy-paste)

Kamis, 11 November 2010

Xenoglosofilia


Psikolinguistik merupakan bidang inerdisipliner linguistik dengan psikologi, yang mempelajari hubungan antara bahasa dengan perilaku dan akal budi manusia. Dibanding dengan sosiolinguisik, selama ini, bidang ini lebih banyak mengkaji masalah pemerolehan bahasa, afasia, dan neurobiologis (yang memungkinkan manusia mendapatkan, menggunakan, dan memahami bahasa). Kajian Psikolinguistik yang mengkaji kelainan dalam berbahasa, Xenoglosofilia, kurang disentuh oleh para ahli.   
Bahasa erat kaitannya dengan kognisi pada manusia, dan bahasa adalah fungsi kognisi tertinggi dan tidak dimiliki oleh mahluk hidup lainnya. Lalu mungkinkah terjadi kelainan dalam berbahasa? Jika seseorang memiliki kecendrungan menggunakan kata, istilah atau ungkapan dari bahasa tertentu (bahasa yang dianggapnya lebih prestise) secara berlebihan itu sudah termasuk kategori kelainan. Kelainan ini yang disebut Xenoglosofilia.

Xenoglosofilia merupakan gejala pemakaian suatu istilah, kata, ungkapan secara berlebihan baik dalam situasi formal atau pun informal (lisan maupun tertulis) secara tidak wajar.  Keadaan ini dapat terjadi di hampir semua kalangan;, pejabat pemerintah, politisi, pembawa acara radio/TV, penceramah, artis dan sebagainya

Xenoglosofilia merupakan suatu kelainan dalam berbahasa. Sayang sekali bidang yang satu ini belum banyak diteliti oleh para linguis, khususnya para akhli yang mencurahkan perhatian pada bidang psikolinguistik. Bagaimana pun hal ini amat menarik untuk dikaji. Kalau tidak akan disebut penyakit dalam berbahasa, paling tidak terjadi kekacuan dalam berbahasa, bukankah kekacauan berbahasa berarti kekacauan berpikir, dan kekacauan berpikir berarti kekacauan segala-galanya

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Saya tertarik dengan artikel ini...
dan saya harap anda menerbitkan artikel lainnya

fathu rahman mengatakan...

Makasih, tunggu hasil penelitian saya berikut